Karanganyar,
Melepas masa lajang merupakan suatu kebahagiaan bagi kedua mempelai, baik
laki-laki maupun perempuan. Namun sepertinya lebih bahagia lagi, jika sang
mempelai laki-laki merupakan prajurit TNI, pasalnya prosesi pernikahan prajurit
TNI akan diwarnai upacara Sangkur Pora.Selasa(17/04/2018)
Pratu M.
Khoirul Nasuha merupakan putra dari pasangan M. Komardin dan Suwarni sedangkan Dewi
Rahmawati putri dari Musimin dan Mulyati .
Tradisi
Sangkur Pora yang sudah menjadi tradisi Satuan Yonif Raider 408/Suhrastha , merupakan
suatu hal yang dapat dibanggakan karena adalah suatu bentuk perhatian dan suatu
wujud kepedulian sekaligus rasa hormat dari Pimpinan dalam hal ini adalah
Komandan Kesatuan.Posisi
sangkur terhunus melambangkan bahwa, dengan bersikap dan berjiwa ksatria, kedua
mempelai akan selalu siap untuk mengatasi segala rintangan hidup, yang akan
menghalangi dan akan menghambat perjalanan bahtera kehidupan mereka.
Kedua
mempelai kemudian harus melalui gerbang, dengan formasi berbanjar, sebagai
gambaran yang mengandung arti bahwa, pintu gerbang yang baru dilalui merupakan
awal dari suka dan duka dalam menempuh kehidupan yang baru, sebagai keluarga
yang bahagia.
Lalu kedua
mempelai berjalan diiringi Tim Sangkur Pora dengan formasi melingkar,
melambangkan bahwa antara Prajurit Yonif Raider 408/Suhbrastha , masih terjalin
hubungan ikatan bathin yang kuat sebagai kakak,rekan dan adik, dengan hati yang
rela melepaskan kedua mempelai untuk berjuang menempuh bahtera kehidupan yang
baru.
Kemudian
melakukan, formasi melingkar membentuk payung. Usai melaksanakan formasi itu,
kemudian dilanjutkan pemasangan cincin dan penyerahan pakaian Persit dan
pemasangan cincin.
Pamasangan
cincin mengandung arti ikatan bathin yang kokoh, bahwa mempelai akan selalu
bersama-sama dalam mengarungi bahtera kehidupan yang baru. Adapun penyerahan
seperangkat pakaian Persit kepada mempelai wanita ini, menandakan telah sahnya
sebagai istri prajurit sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar